MUDAH MEMAAFKAN
Manusia adalah makhluk sosial. Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam teorinya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Secara sunatullah hidup ditakdirkan bagi manusia untuk saling berinteraksi. Interaksi manusia satu dengan yang lainnya didorong akan pemenuhan kebutuhan pontensi kehidupan masing-masing. Pontesi kehidupan ini selalu menuntut untuk dipenuhi. Potensi kehidupan ini default anugerah dari sang Maha Pencipta yakni kebutuhan jasmani, naluri-naluri dan akal.
Pada upaya pemenuhan pontensi kehidupan ini sering dijumpai interaksi yang tidak diinginkan. Bahkan pada sampai level berupaya menghilangkan eksitensi satu dengan yang lainnya. Olehnya itu perlu pemahaman mendasar setiap individu untuk memahami kaidah-kaidah dalam berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Bagi seorang Muslim kaidah-kaidah berinteraksi antara satu dengan yang lainnya seharusnya sudah selesai. Karena semua sudah dijelaskan dalam ajaran Islam yang mulia ini. Diantaranya adalah dengan akhlakul karimah (akhlak yang terpuji). Diantara akhlak-akhlak yang terpuji itu adalah mudah memafaatkan.
Allah SWT., berfirman;
خُذِ ٱلعَفوَ وَأمُر بِٱلعُرفِ وَأَعرِضعَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Ayat ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan kalimatnya yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlaqul karimah. Ayat ini memerintahkan kita kepada tiga hal:
Kata خذ العفو (maafkanlah) memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang bersalah, menyambung tali silaturrahmi kepada saudara yang mememutuskannya, memperbaiki hubungan dengan orang lain, memaafkan orang yang menyakiti kita dan lain sebagainya. Kalimat ini mengandung segala bentuk memaafkan dan bersabar terhadap orang lain.
Kata وَأمُر بِٱلعُرفِ (suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf (baik)) mengandung perintah untuk menyeru kepada segala hal yang dianggap baik dalam syariat, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Kata وَأَعرِض عَنِ ٱلجَٰهِلِينَ (berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh) mengandung perintah untuk bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh serta memuliakan diri dengan tidak berdebat dengan mereka. Seorang penyair arab berkata:
- Jika orang bodoh berbicara maka janganlah engkau menjawabnya,
- Diam itu lebih baik daripada menjawabnya,
- Saya bersikap diam terhadap seseorang yang bodoh,
- Maka dia mengira aku tak bisa menjawabnya padahal aku bukan tak bisa menjawabnya.
Terakhir semoga Allah SWT., menjadikan kita lebih pemaaf dan menghiasi diri kita dengan akhlakul karimah sebagaima akhlak Rasul kita yang mulia Muhammad SAW. Aamiin yaa Rabb! [3f]