TARAKAN KOTA MINYAK YANG MISKIN MINYAK

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi kota Tarakan di ujung Utara pulau Kalimantan. Kota Tarakan masuk di daerah propinsi Kalimantan Timur. Kota ini dijuluki sebagai kota minyak. Penduduknya beragam suku diantaranya ada suku Dayak, Bugis, Makassar, Batak, dll.

Kesan pertama menginjakkan kaki kota ini seperti saya sedang memasuki kota yang sebentar lagi bangkrut. Kesimpulan itu saya ambil karena melihat suasana sekitar yang tidak seramai di kota-kota lain saat di siang hari.

Ternyata perkiraan saya meleset. Aktivitas masyarakat sekitar di siang hari ternyata tidak terlalu nampak kecuali bagi para PNS dan anak-anak sekolahan.

Kebanyakan masyarakatnya beraktivitas di tempat-tempat tertentu yang jauh dari pandangan mata seperti nelayan, pekerja minyak, pekerja tambak, pedagang di pasar-pasar tertentu, dll. Dan ternyata kota ini terasa hidupnya saat di malam hari.

Tarakan adalah salah satu daerah di Indonesia yang terkenal kaya dengan minyak bumi dan menurut informasi kota ini masuk menjadi kota terkaya ke-17 di Indonesia.

Hampir tiga pekan saya berada di kota ini. Ada hal yang menyita perhatian saya yakni kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan bahan bakar minyak di depot-depot penjualan resmi (SPBU).

Selain karena sangat kurangnya depot-depot penjualan BBM atau yang sering kita sebut SPBU, kuota minyak yang disediakan untuk daerah ini jauh dari cukup.

Saya tidak memahami mekanisme kuota minyak ini, tetapi kurang lebih seperti itu pengamatan saya selaku masyarakat awam.

Justru yang bertebaran di jalan-jalan adalah penjual BBM non-resmi sebutlah mereka pedagang-pedagang kaki lima yang menjual BBM eceran jauh dari harga normal. Yah menurut saya bisa di maklumi karena yang namanya pedagang pastinya ingin untung lebih banyak.

Bayangkan saat pagi hari antrian pembeli BBM di SPBU itu mengular dengan panjangnya. Ini sangat tidak wajar mengingat kota ini salah satu penghasil minyak di Indonesia.

Aktivitas warga banyak tersita hanya karena mengantri BBM. Saya kira ini patut ditinjau kembali bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kondisi ini dan segera menemukan solusinya.

Dan ternyata kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di kota ini tapi terjadi juga di daerah-daerah lain yang ironisnya adalah kota penghasil minyak bumi[4f]

One Comment

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *