BAKAT KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan atau leadership adalah materi yang tidak ada bosan-bosannya untuk dikaji. Banyak teorinya banyak pula pakarnya. Dale Carnegie adalah salah satunya. Pada bukunya yang berjudul ‘Leadership Mastery’ beliau menjelaskan tentang ciri-ciri manusia yang memiliki bakat kepemimpinan.

Secara fitrah sebenarnya manusia sudah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat itu Allah ciptakan pada salah satu naluri manusia. Yakni naluri mempertahankan eksistensi diri (gharizatul baqa). Bakat kepemimpinan adalah salah satu dari penampakan naluri ini.

Karena bakat kepemimpinan ini sudah ada secara default pada manusia maka yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah seberapa besar kecenderungannya. Kecenderungan ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor eskternal.

Menurut Carnegie ada 3 bakat yang bisa kita kenali dari seseorang atau pada diri kita sendiri mengenai seberapa besar cenderungan seseorang tersebut pada kepemimpinan.

1. Cara Berkomunikasi

Pemimpin berbicara layaknya pemimpin. Mereka semua tidak berbicara dengan cara yang sama, tetapi semua pemimpin memiliki keahlian berkomunikasi tertentu yang membedakan mereka dengan anggota tim lainnya. Mereka mampu mengkomunikasikan kompetensi mereka dengan cara yang sangat efektif. Ketika pemimpin yang baik bicara, anak buah mengerti apa yang dia katakan dan bersiap menindaklanjuti idenya.

Orang yang mampu mengekspresikan dirinya sendiri semakin jarang ditemui—sehingga kemahiran berkomunikasi yang baik menjadi semakin berharga. Anda tidak hanya dievaluasi dari apa yang Anda katakan, tapi juga bagaimana Anda mengatakannya. Ketika memimpin suatu rapat, misalnya, Anda harus mampu mempresentasikan ide Anda dengan jelas dan tepat pada kesempatan pertama. Lebih jauh lagi, waspadalah bahwa selain isi presentasi Anda, diri Anda sendiri juga merupakan pesan. Jika anggota tim meninggalkan rapat dengan kesan positif terhadap Anda sebagai manusia, hal itu akan memperkukuh informasi yang Anda sampaikan, terutama jika Anda melakukannya dengan cara yang sangat luar biasa.

Kadang kala ada gunanya menganggap komunikasi sebagai permainan. Agar berhasil di dalam permainan apa pun, Anda pertama-tama harus belajar cara memainkannya. Dengan kata lain, belajar seperti apa aturannya?

Aturan berkomunikasi yang baik sangat mirip dengan aturan mengemudi yang baik. Pertama dan yang terutama adalah masalah siapa yang berada di belakang kemudi. Jika Anda berbicara sendiri di depan sekelompok orang, itu seolah Anda berada di belakang kemudi mobil yang penuh dengan orang, atau bahkan sebuah bus. Anda-lah satu-satunya orang yang kakinya menginjak pedal gas atau rem. Anda-lah yang memegang tanggung jawab sementara tidak banyak yang bisa dilakukan para penumpang Anda. Meski demikian, Anda bisa membuat perjalanan itu senyaman mungkin. Jadi jangan mengemudi terlalu cepat atau terlalu lambat. Jangan membuat perjalanan menjadi lebih lama daripada yang seharusnya. Dan jika Anda memutuskan mengambil rute dengan pemandangan indah, pastikan pe mandangannya benar-benar indah!

Percakapan satu-lawan-satu lebih mirip mengemudi melewati kota sendirian di dalam mobil Anda. Para pengemudi lainnya seperti mitra bercakap-cakap Anda. Anda harus waspada akan kehadiran dan kebutuhan mereka seperti halnya Anda waspada akan kebutuhan Anda sendiri. Anda harus berhenti di rambu bertanda stop dan mengalah bilamana diperlukan. Anda tidak bisa bertindak seakan tidak ada orang lain di situ. Orang yang berbicara tanpa henti itu seperti mengebut sekaligus mendominasi jalanan. Tetapi, berjalan terlalu pelan juga tidak baik. Mengemudi dengan aman dan berbicara secara efektif membutuhkan kombinasi kesadaran akan diri sendiri dan tenggang rasa terhadap orang lain di sekitar Anda. Sayangnya, orang tidak membutuhkan surat izin untuk berbicara.

Begitu mengetahui aturan berkomunikasi secara verbal dan mulai mematuhinya, Anda harus menggali tiga sumber daya dasar agar menjadi benar-benar cakap. Ini bukan sekadar teknik berorasi yang baik. Ini prinsip dasar pembentukan karakter. Ini pondasi yang mendasari segala perkataan Anda.

Prinsip pertama adalah kompetensi. Pemimpin yang benar-benar kompeten harus mampu secara harfiah melakukan semua pekerjaan di dalam suatu organisasi. Anda tidak bisa hanya menjadi ahli di bidang penjualan, tapi juga harus tahu tentang bidang keuangan, operasional, dan lainnya. Tidak ada yang lebih memalukan dibandingkan dengan kepala

perusahaan otomotif yang tidak tahu cara memeriksa mobil, atau ckcku tif perusahaan peranti lunak yang tidak bisa mengirim lampiran melalui surel.

Prinsip kedua adalah kejelasan. Sebelum Anda bisa mengomunikasikan visi Anda, hal itu sudah harus terbentuk dengan sangat jelas di benak Anda. Pemimpin yang kuat memiliki visi yang jelas tentang arah perusahaan dan industri mereka. Bahkan dalam skala yang lebih besar lagi, mereka mampu melihat arah ekonomi secara keseluruhan dan mengarahkan perusahaan mereka ke sana.

Dengan kata lain, menciptakan visi dan arah bagi suatu organisasi tidak dilakukan dalam keadaan vakum. Pemimpin harus menguasai kecenderungan yang terjadi pada masa lalu, situasi saat ini, dan masa depan seperti apa yang kemungkinan besar akan mereka hadapi.

Begitu prinsip kompetensi dan kejelasan berada pada tempatnya, proses komunikasi yang sesungguhnya bisa berjalan. Sering kali ide dan visi seorang pemimpin terkesan baru, jelas tapi rumit, dan tidak harus mudah dikomunikasikan. Meski demikian, jika seorang pemimpin dan perusahaannya ingin meraih kesuksesan, dia harus belajar menyampaikan visi tersebut.

Kompetensi, kejelasan, dan komunikasi – tiga K. Pemimpin berbakat secara alamiah sudah menguasai ketiga hal ini. Pemimpin kurang berbakat juga bisa menguasai semua ini lewat kerja keras dan pengalaman. Intinya, pemimpin tahu cara memindahkan apa yang ada di dalam kepala (dan hati) mereka ke kepala setiap anggota timnya.

2. Tunjukkan Ketertarikan Kepada Orang Lain

Ini prinsip dasar falsafah Dale Carnegic. Menunjukkan ketertarikan ke pada orang lain adalah cara terbaik untuk membuat mereka tertarik kepada Anda. Orang pasti menanggapi orang lain yang secara tulus tertarik kepadanya. Ini prinsip terpenting yang harus ditemukan seorang pemimpin dari diri orang lain dan harus mereka tunjukkan sendiri. Menunjuk. kan rasa tertarik secara tulus adalah bakat mendasar yang mewujudkan semua bakat lainnya. Jika Anda memilikinya, takkan ada batas seberapa jauh Anda bisa melesat maju. Jika Anda tidak memilikinya, kemungkinan besar kemampuan Anda yang lain pun sulit diakui.

Ada banyak cara berbeda dalam mengekspresikan ketertarikan pada orang lain dan sebagian besar hanya membutuhkan perhatian terfokus. Dan semakin tinggi Anda ingin menggapai tangga kepemimpinan, kebiasaan ini menjadi semakin penting. Memperlihatkan kepedulian Anda pada orang lain bukanlah pertanda kelemahan atau kurangnya otoritas dalam diri pemimpin. Malah sebaliknya, itu bukti bakat kepemimpinan sejati. Itu bukti Anda berhak berada di posisi Anda sekarang.

Hal ini bisa sesederhana menyapa dengan nada menyenangkan saat menelepon, nada yang mengatakan saya senang mendengar kabar dari Anda. Ketika Anda bertemu orang secara pribadi, sapa mereka dengan keramahan tulus. Tersenyum, pelajari nama mereka, ingat-ingat, dan pastikan Anda mengeja dan mengucapkannya dengan tepat. Saat bertemu dengan orang baru, segera catat semua informasi tersebut. Perhatikan jika seseorang menunjukkan kebaikan sarat makna semacam ini terhadap Anda. Jika mereka melakukan hal ini, itu bukan sekadar ingin bersikap sopan; mereka menunjukkan diri mereka pun berpotensi menjadi pemimpin. Di atas semua itu, jangan batasi ekspresi ketertarikan ini hanya pada orang yang dianggap penting.

Salah satu alasannya adalah mereka mungkin sudah cukup mendapat perhatian. Alasan lainnya, siapa yang penting hari ini sangat mungkin akan berubah besok atau lusa. Jangan lupakan para asisten, resepsionis, pengirim pesan, dan semua orang yang membuat suatu organisasi berjalan. Sekali lagi, anda melihat orang lain menunjukkan perhatian semacam ini, perhatikan dia. Mereka mungkin sudah siap menerima tanggung jawab yang lebih besar.

3. Kepemimpinan Efektif Memerlukan Lebih dari Sekadar Performa yang Baik

Selain dua hal di atas, kepemimpinan efektif memerlukan lebih dari sekedar performa yang baik. Pemimpin harus menunjukkan hal-hal positif di tengah orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus berusaha meraih kepercayaan kepada yang dipimpinnya.

Demikianlah 3 bakat kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Dale Carnegie. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari postingan ini. [3f]

One Comment

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *